Gerimis Pagi - Bab 1



“Hah... kenapa pagi-pagi gini harus hujan sih.” Gadis berkerudung abu-abu itu mulai menggerutu dengan sendirinya. Menatap langit dengan kening berkerut berharap sang langit mampu membaca hatinya sekarang.

Ini adalah hal yang sangat dibencinya. Pagi dimana semua orang memulai harinya dengan semangat tapi semangat itu mulai luntur jika tetesan lembut dari langit itu mulai turun. Apalagi jika gerimis seperti ini, keadaan yang sangat tanggung bagi gadis itu.

“Lho tidak berangkat, Nduk?” tanya seorang wanita yang umurnya hampir setengah abad itu.

“Bentar, Bu. Dewi bingung mau pakai jas hujan atau tidak? Kalau pakai ya nanggung kalau tidak pakai ya takutnya di jalan malah hujan. Aduh. Tuh kan bingung lagi.” Gadis bernama Dewi itu bingung sendiri menggaruk kepalanya yang tertutup jilbab. 

Ibu tertawa ringan kemudian duduk di teras memperhatikan anak gadisnya yang terlihat lucu dengan tingkahnya itu. “Ya dipakai saja, Nduk.”

“Nanti malu Bu, kalau Dewi yang memakai jas hujan sendiri terus yang lain tidak gimana?”

“Owalah ribet amat tho.”

Dewi terdiam sejenak, berpikir diantara dua pilihan dia memakai jas hujan atau tidak. “Dewi berangkat, Bu. Tapi tidak memakai jas hujan, sepertinya agak reda kok hujannya.” Dewi berpamitan kepada Ibunya, sedangkan Ayahnya sudah berangkat pagi-pagi tadi. Ayah Dewi adalah seorang guru yang masa pensiunnya akan segera tiba. Damaryono, itu adalah nama Ayah Dewi. Sosok sederhana yang selalu disegani oleh tetangga sekitar. Beliau menjadi guru sejak masih muda. Pengabdiannya bertahun-tahun menjadi kebanggan tersendiri bagi Dewi. Ia sangat bersyukur mempunyai Ayah yang begitu keren, begitulah yang selalu Dewi katakan mengenai Ayahnya.

“Hati-hati ya, Nduk. Jalanan pasti licin. Tidak boleh ngebut.”

“Iya, Bu. Assalamu’alaikum”

“Walaikumsalam.”

Dewi mulai menyalakan motor maticnya, berjalan pelan dan kemudian mulai menjauh dari perkarangan rumah. Beruntungnya Dewi tidak mempunyai kelas pagi jadi dia tidak perlu terburu-buru mengendarai sepeda motornya untuk sampai ke kampus.

--

Cuaca memang benar-benar tidak bersahabat. Baru setengah perjalanan dengan kejamnya hujan turun dengan deras. Dewi terpaksa menepi di sebuah ruko yang kebetulan belum buka. Banyak sekali pengendara sepeda motor yang berhenti di beberapa toko-toko maupun warung yang berjajar di sepanjang jalan.

Jaket yang ia kenakan lumayan basah karena hujan itu beraninya datang keroyokan.

“Tuh kan nyebelin, tadi aja gerimis malu-malu. Lha sekarang beraninya keroyokan.” Dewi ngedumel sendiri persis gerombolan lebah yang berdengung.

Terdengar sedikit tawa di samping Dewi. Otomatis kepala Dewi menoleh ke arah suara cekikikan ringan itu. Seorang laki-laki yang mengenakan jaket kulit berwarna coklat tua itu terlihat sedikit menutupi mulutnya dan memalingkan wajah.

“Mas, maaf situ ngetawain apa?” tanya Dewi dengan polosnya. Laki-laki itu menoleh ke arah Dewi. Sesaat terpaku menatap Dewi tanpa berkedip.

“Subhanallah cantiknya.” batin laki-laki itu tapi dia buru-buru mengalihkan pandangannya dari Dewi.
“Eh anu... bukan Mbak. Abis mbaknya lucu, ngedumel sendiri.”

“Heh?” raut muka Dewi semakin bingung ditambah tampang bego Dewi kelihatan sekali.

“Hahaha, gak deh. Lupakan saja. Mending tunggu hujannya agak reda, terlalu deras jika harus melanjutkan perjalanan. Bisa bahaya nanti, jarak pandang juga tidak sampai lima meter.” ucap laki-laki itu yang ditanggapi Dewi dengan anggukan.

“Nyebelin deh, padahal tadi aku sudah mengalami pergolakan batin antara memakai jas hujan atau tidak. Nah disaat aku sudah memutuskan tidak memakainya eh malah hujan deres. Ya sudahlah.” kata Dewi dengan mimik wajah kecewa. Lagi, laki-laki itu menahan tawa karena tingkah dan ucapan Dewi yang dianggapnya lucu.

“Ini sih rejeki bisa berteduh dengan cewek cantik di emperan toko saat hujan deras. Astagfirullah... mikir apa tho kamu Dany.” Dany menggeleng pelan kemudian memilih menatap air hujan dan menikmati gemericik suaranya.


--


Bersambung....


#OneDayOnePost



April Cahaya
Pati, 02 Mei 2016

21 comments:

  1. Wah mbk Wie jadi tokohnya...
    kalau aku mbk??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Belum masuk jdi dftar tokohku Net. Hehehee

      Delete
  2. Sepertinya aku jadi tokoh penjahat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada Bang namamu tapi gak jahat-jahat amat kok

      Delete
  3. Aku cuma memandang dari seberang jalan lho..
    April betul2 keren di bulan Mei..

    ReplyDelete
  4. Aku daftar dong..jadi pemilik Ruko aja gak apa-apa.
    Aku suka ceritanya eh tulisannya mba, kereen.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Duh mbak Na... tokohku cuma dikit nih lain kali saja y

      Delete
  5. Sudah ada Cinta hadir di Hati Dany... Akankah Dewi pun begitu? He..
    Ditunggu kelanjutannya mba April

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebenarnya ini terisnpirasi namamu lhoh Mas.. hahaha

      Delete
  6. Tulisan April selalu keren, sukaaaa deh

    ReplyDelete
  7. Suka dumel ya kalau ada ujan, hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya itu si Dewi mbak bukan saya... hehehe

      Delete
  8. April ini penulis profesional, menyamar jd siswa ODOP.
    Bab 1 aja udah menunjukkan bagusnya novel ini.

    ReplyDelete
  9. Mbak dewie kalu sempat baca ini pemeran utama namanya sama hehe

    ReplyDelete
  10. Namaku mana mbak april???😂😂😂😂

    ReplyDelete