Ketika Penulis Jatuh Cinta

Tulisan ini ditulis berdasarkan pengamatan sekilasku. Narasumbernya berasal dari berbagai makhluk mulai dari yang normal, tidak normal dan tidak normal banget.

Kok judul postinganku kali ini pakai kata “ketika” terus ya? Ya kebetulan aja yang pas itu. Jadi ya dipake lagi deh. Tidak apa-apa kan? Bebas kan? Bilang iya aja, nanti aku repot ganti judul lagi. Kalau harus ganti judul aku harus bersemedi dulu selama seminggu nah lhoh keburu tidak posting tulisan, malah hutang dong sama Bang Syaiha. Eh kok sama Bang Syaiha sih ? Hutang sama diriku sendiri kan ya?

Next...

Balik lagi ke topik utama kita kali ini. Judulnya udah wow ya ? Sepertinya sih.. kalau tidak wow ya tidak apa-apa. Aku rapopo.

Ketika penulis jatuh cinta, seakan dunia penuh dengan kalimat-kalimat cinta. Ciehh...

Bahkan status BBM, Facebook, Twitter dan sebagainya hanya tentang cinta. Postingan ODOP pun tetap tema jatuh cinta. Kasihanlah sama jomblo yang membacanya. Bisa-bisa nanti mereka baper. (yang jelas bukan aku yang baper)

Misalkan penulis yang sedang mengalami fase kasmaran ini menulis sebuah karya yang bernama novel? Prestasi yang luar biasa. Bisa-bisa dia jatuh cinta sepanjang masa. Tak apa situasi dan mood yang baik sepertiitu bisa diambil sisipositifnya kan ?

Ada sisi negatifnya juga lhoh ‘ketika kau sedang jatuh cinta’. Apa? Dunia seakan hanya milik kalian berdua dan lainnya cuma numpang, sehingga nama yang kamu ingat cuma nama si doi. Lha sampai-sampai teman kamu juga kamu panggil nama si dia.

Itu mah keterlaluan, teman sendiri sampai lupa namanya. Aku yakin isi kepalanya hanya satu nama itu. Cieh... ehem.

Kamu.. iya kamu yang lagi baca. Kalau mengalami hal demikian jangan senyum-senyum tidak jelas seperti itu deh. Yakin, nanti kamu dikira gila tahap awal. :D

Bagi yang merasa tersinggung dengan tulisan di atas mohon menghubungi dokter terdekat. Aku mengucapkan beribu maaf jika ada yang salah. Terimakasih. Bye bye...

April Cahaya

Pati, 11 Maret 2016