Berbeda
dari yang lain kenapa tidak? Jika itu sebuah kebaikan kenapa harus merasa aneh?
Kemarin
aku mencoba memakai jilbab lebar saat bekerja. Reaksi dari teman-temanku pun
berbeda, baik yang komentar positif maupun negatif. Ya tahulah hal seperti ini
bukan suatu yang lumrah di lingkunganku. Latar belakang yang berbeda dan agama
yang berbeda pula.
“Cieh
udah berhijab syar’i ya.” Aku menanggapinya dengan senyum bahagia.
“Mbak,
kerudungmu kayak Risti Tagor ya?”
Aku
mikir keras, bahkan aku tidak pernah melihat wujud gimana gaya berjilbab Risti
Tagor.
“Mbak,
kerudungmu kayak orang-orang Muhammadiyah.”kata temanku.
“Emang
yang berjilbab lebar orang Muhammadiyah aja? Ini adalah jilbab yang sesuai
syariat Islam.”jawabku mantap.
Ini
cobaan lhoh. Tapi baru permulaan, seperti saat pertama kali aku memutuskan
berhijab 3 tahun yang lalu. Mulai dari cemooh lah atau pujian lah pernah aku
terima. Tak jarang aku juga sempat sakit hati. Astagfirullah.
Bukankah
ini hal yang baik bagi kita sendiri? Tidak hanya menjaga diri dari hal-hal yang
menimbulkan dosa kita juga menjaga pandangan laki-laki terhadap kita. Bukankah
jika jilbab memang dianjurkan untuk wanita-wanita muslim? Kenapa kewajiban jadi
sebuah cemooh yang seolah tak pantas kita kenakan? Apakah ini sebuah kemunduran
moral? Jika yang berpakaian minim dan kurang bahan dianggap wajar sedangkan
berpakain tertutup menjadi sebuah keanehan?
Karena
postinganku kemaren di facebook, banyak sahabat muslimah yang berbagi cerita
tentang cobaan saat berhijab syar’i. Mulai dikira istri teroris, menganut
aliran tertentu hingga dikira terlalu alim. Cuku senyumin aja deh, trus bilang “Terserah gue dong.”
Kenapa
ya, banyak masyarakat ataupun orang-orang di sekitar kita masih menganggap jika
berjilbab lebar menjadi sesuatu yang dianggap asing? Ada yang salah ya?
Entahlah yang aku tahu ini adalah hal yang benar dan aku yakin jalan yang aku
pilih bukan jalan yang menuju keburukan. Jika kita berani berbeda untuk
mendapatkan ridho-Nya kenapa tidak?
Ada
satu kata-kata yang membuatku sangat menyukainya. Mereka yang selalu
mengucapkan, “Tetap istiqomah ya ukhti.”
Itulah kata-kata favoritku.
Selamat
berjuang bagi muslimah-muslimah yang sedang proses berhijrah sepertiku.
Perjuangan ini baru dimulai kita harus mempunyai bekal yang cukup untuk
mengahadapi segala cobaan menuju rahmat-Nya.
#OneDayOnePost
Nb.
Terimakasih untuk Inet dan Mbak Wie yang mau berbagi ilmu, pengalaman dan mendengarkan curhatku. ^^
April
Cahaya
Pati,
24 Maret 2016
Tampaknya aga susah untuk aku memutuskan berjilbab pril.
ReplyDeleteAbang plis... lu cowok.
DeleteAku ikutan deh.. tetep istiqomah ya ukhti.. ^^
ReplyDeleteHihihi iya ukhti
DeleteSama-sama mba April ^^
ReplyDeleteTapi seingatku aku gak mendengarkan curhatan mba April deh, cuma baca aja... #plak :D
Ohh ya bener baca. -,-
DeleteAku pas pertama pake jilbab, pas ujian naik kelas, waktu SMA. terus temen cowok (temen berantem) bilang gini ke teman di sebelah aku, "Eh, Ri, ini si cici pake jilbab karena lagi ujian aja ya? Biar dapat hidayah pas ujian?"
ReplyDeletePengen nyakar rasanya, tapi sabar...sabar... Hehehe
Semangaat ukhti... :)
Sabar sabar...
DeleteMudh2an kita semua istiqomah yaaa..
ReplyDeleteAmiin semoga mbak
DeleteMudh2an kita semua istiqomah yaaa..
ReplyDeleteWuihh... Mantap nih perjuangannya..
ReplyDeleteHihihi
DeleteMasama shaliha. Islam Itu ketika datang di anggap asing dan kembali dalam keadaan asing. Berbahagialah orang2 Yg asing yg memegang teguh dan mnjalankn perintah Allah. Ketjup Dari twin tower 😘😀😂
ReplyDeleteTerimakasih... mbak Wie
DeleteMasama shaliha. Islam Itu ketika datang di anggap asing dan kembali dalam keadaan asing. Berbahagialah orang2 Yg asing yg memegang teguh dan mnjalankn perintah Allah. Ketjup Dari twin tower 😘😀😂
ReplyDeleteAamiin, semoga istiqamah, mbanya... :)
ReplyDeleteAmiin..
DeleteIstiqomah ya april
ReplyDeleteTetap istiqomah ukhty... ;)
ReplyDeleteTidak perlu menjauhi mereka yang memandang sinis dan setengah hati terhadapmu, tapi teruslah dekat dengan mereka yang bisa menguatkan dan menambah keimananmu...
<3 <3 <3