Aku
bukan mau menceritakan tentang dongeng ataupun kisah fantasi anak-anak, tapi
kali ini aku mencoba menulis analogi untuk tantangan minggu ketiga One Day One
Post. Aku sudah berpikir sejak Bang Syaiha memposting tantangan bulan kedua
ODOP Batch 2. Apa itu analogi? Apa sejenis makanan yang berlapis atau snack
coklat yang bisa dimakan dalam keadaan dingin dan langsung yang bisa
menyebabkan kita putus? Hah? Apa ini. Lupakan saudara-saudara.
Butuh
waktu semedi dengan Mbah Google dan modal cerewet sana-sini untuk mencari tahu
apa itu analogi. Akhirnya aku bisa melahirkan (?) tulisan ini. Okey mari kita
mulai.
Jujur
ya aku itu benci ayam tapi kalau dia sudah tersaji dengan aroma yang
menggiurkan aku berubah sangat menyukainya. Entahlah bagiku ayam itu makhluk
yang menyebalkan. Kenapa? Tanya saja sama burung yang berkicau di dahan dan
ranting.
Tahukah
kalian ayam di kampungku terutama peliharaan Bapakku itu mempunyai kadar
kekurang ajaran yang tinggi. Tidak percaya? Datanglah ke rumahku akan aku
perkenalkan dengan ayam-ayam Bapakku. Atau mau kenalan juga dengan Bapakku? Hahaha.
Jadi
tuh ayam-ayam rese selalu berak sembarangan di teras rumah, sudah tahu itu
teras bukan WC umum masih saja berak di situ. Pernah berpikir memasang tulisan DILARANG BERAK SEMBARANGAN di teras
rumah. Nah yang jadi pertanyaan, apa ngerti itu ayam dengan tulisannya?
Emangnya ayam bisa baca. Lha yang gila siapa di sini? Yang jelas bukan aku.
#ngeles
Ayam
jaman dulu waktu aku masih kecil beda sama ayam jaman sekarang. Kalau dulu ayam-ayam
itu kamu usir dengan hentakan kaki atau kamu usir dengan kata hush pasti sudah lari terbirit-birit. Bener
tidak? Nah ayam jaman sekarang mah beda, jangankan kamu usir dengan kata hush kamu udah pegang galah panjang pun
dia tidak bergeser sesenti pun malah balik melototin kamu yang seperti orang
mau perang. Lucu? Tidak. Aku jengkel setengah hidup.
Sepertinya
halnya anak jaman sekarang kalau dimarahi orang tua bukannya mendengarkan malah
balik melototin balik orang tuanya. Tapi ya tidak semua anak seperti itu lho,
ini aku cuma pernah melihatnya. Nantinya ada kontroversi tersendiri gara-gara
tulisanku. #peace
Terus
ini kan teras sudah terbuat dari keramik bukan tanah lagi ya harusnya tahu lah
tuh ayam beraknya tidak boleh di situ. Berarti ini ayam tidak tahu tempat berak
yang sesungguhnya. Mungkin menurutku seperti itu. Seperti ayam yang berak
sembarangandan tidak tahu tempat, sama halnya dengan manusia yang sudah tahu
itu salah tapi tetap saja dia melakukannya. Contohnya saja sudah tahu membuang
sampah di sungai itu salah tapi tetap saja melakukan hal tersebut. Seolah cuek
dengan dampak selanjutnya. Lha giliran terkena banjir pemerintah yang
disalahkan.
Manusia
ayam, manusia itu memakan ayam. Jadi aku pernah berpikiran konyol jika kita
memakan ayam perilaku kita bisa saja menurun dari ayam juga. #plak Maafkan aku
teman-teman ini hanya perumpaan.
Sekian
dan terimakasih.
#OneDayOnePost
#tantanganmingguketiga
April
Cahaya
Pati,
11 April 2016
Hahaaa ..
ReplyDeleteSaya suka sekali mkn daging ayam goreng
Mas Heru pamannya upin ipin ya??
DeleteHihihihi. Ada manusia harimau, sekarang manusia ayam. Mungkin bisa dijadikan judul apalah, apalah.. ini komen apasih?
ReplyDeleteEntahlah mbak.. judulnya asal. Hahaha
DeleteAyamnya sekolahkan dulu, pril. Biar nggk kurang ajar bgt dia hehe
ReplyDeleteWah ide bagus mbak Wie.
DeleteSepertinya halnya anak jaman sekarang kalau dimarahi orang tua bukannya mendengarkan malah balik melototin balik orang tuanya.
ReplyDeleteIni kenapa belibet gini ya?? Hihi....
Ayamnya minta dipelototin tuh
Sepertinya halnya anak jaman sekarang kalau dimarahi orang tua bukannya mendengarkan malah balik melototin balik orang tuanya.
ReplyDeleteIni kenapa belibet gini ya?? Hihi....
Ayamnya minta dipelototin tuh
Wah...gak makan ayam lagilah. Ntar jadi kayak ayam...hehe..(guyon). Mana bisa? Wong dimana-mana lauk yang praktis itu ayam. Jadi piye?...hehe
ReplyDeleteberarti ayamnya harus disekolahin dulu mba biar gak berak sembarangan hehe becanda
ReplyDelete