Hembusan Angin Sore
Caraku mensyukuri nikmat Allah adalah dengan memejamkan mata, merasakan hembusan angin menjelang sore yang terasa sejuk. Tumben. Biasanya jam segini selalu dihiasi mendung pekat dan sebentar lagi akan turun hujan dengan lebat.
Entahlah, di dunia ini setiap hari akan banyak sekali manusia yang mengeluh. Termasuk diriku juga. Kenapa aku tak bisa seperti dia? Kenapa aku tak bisa melakukannya sedangkan dia bisa? Kenapa dia bisa sukses sedangkan aku tidak?
"Ngelamun lagi. Mau berapa banyak kamu sering ngelamun sih, Pril?" Aku sedikit tersentak saat teman baikku ini menepuk bahuku dengan sedikit sentakan.
"Ratusan." jawabku sambil cengengesan. Temanku itu berdecak dan menggeleng kesal karenaku.
"Anginnya enak buat ngelamun, Mbak. Ngelamunin masa depan, termasuk masa depanku dengan dia yang entah siapa." jawabanku kali ini diiringi tawa ringan.
"Halah... Mulai deh. Tenang aja, Pril. Jodoh kamu sudah disiapkan sama Allah. Tidak perlu galau gitu apalagi ngeluh kok jodohnya belum kelihatan kayak hilal di awal Ramadhan ya?
Mending banyak bersyukur aja. Lebih takutlah menghadapi kematian yang kemungkinannya nggak bisa ditentukan. Bener kan?" kata temanku itu dengan panjang lebar. Aku menanggapinya dengan anggukan.
"Btw, Mbak... Ternyata nama kita sama ya. Sama-sama ada Nur-nya." Nama lengkapku adalah Nur Apriliyani, sedangkan dia adalah Nur Hidayati.
"Eh iya ya... Itu artinya kita perempuan yang bercahaya. Jadi jangan banyak ngelamun, cemberut sama murung gitu. Nanti cahayanya redup, nggak enak dong. Lebih cantik kalau cerah bersinar." Kami tertawa bersamaan.
#TantanganODOP
Edisi curhat, jangan baper yah. 😄
Pati, 17 April 2017
April Cahaya
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Nice Story Pril, aku baru baca, maafiiin
ReplyDeleteNice Story Pril, aku baru baca, maafiiin
ReplyDelete