Cerita ini ditulis berdasarkan MV Return - Lee Seung Gi
Akhir
musim yang misterius
Aku
pikir, aku benar-benar mencintaimu?
Di
suatu tempat, di waktu kita bersama-sama,
Aku
melihat kembali ke masa itu,
--**--
Di musim yang sama aku kembali lagi ke kota ini.
Menyusuri jalan dengan deretan pohon-pohon berbatang putih yang menjulang
tinggi. Mungkin setitik kenangan itu yang membawa kakiku melangkah ke tempat
ini lagi. Aku menghentikan mobilku dan memilih berjalan kaki masuk lagi ke
dalam hutan. Tanpa sengaja aku menginjak sesuatu. Pandanganku menunduk memungut
sesuatu yang aku injak tadi. Kapur?
Tiba-tiba saja bayanganmu hadir dihadapanku. Kau terus
berjalan dan berjalan. Aku mengikutimu dan terus mengikutimu. Kau duduk di
sebuah bangku dengan piano yang berada dihadapanmu. Jari telunjukmu memainkan
tuts-tuts piano dengan pelan. Dan seorang anak laki-laki memanggil namamu.
“Yeojung-ah.”
Aku semakin penasaran, langkahku semakin mendekat.
Ternyata anak laki-laki itu, yang memanggil namamu, adalah diriku. Ya, itu
diriku. Aku duduk di sampingmu, ikut menekan tuts-tuts piano bersamamu.
Senyuman yang tidak pernah bisa aku lupakan. Senyuman seindah sinar matahari di
musim semi.
Tiba-tiba saja kau berlari sambil tersenyum. Sorot mata
dan senyumanmu seolah berkata jika aku harus mengikutimu. Aku melangkah
perlahan. Aku masih sedikit bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi saat
ini. Kau terus berlari kecil dengan senyuman yang tidak pernah lepas dari
bibirmu. Kau berhenti, seolah menantiku. Kau masuk ke sebuah pintu dan
menghilang di baliknya. Perlahan aku membuka pintu kayu itu, mendorongnya
dan...
Dimana aku sekarang?
Aku bingung... bukankah ini lorong kelas? Kepalaku menoleh ke kanan,
benar ini adalah lorong kelas. Deretan papan kelas terpampang jelas di sana.
Kelas 2-2, kelas 2-3, kelas 2-4... Aku
mengingatnya. Kenangan itu kembali hadir dalam kepalaku. Aku mengintip dari
jendela, terlihat jelas kenangan itu di sana.
Kau tampak panik mencari sesuatu di dalam tasmu. Hingga
ketika guru menghampirimu untuk mengeluarkan buku paket pelajaran saat ini, kau
mengatakan jika kau tidak membawanya. Kau berdiri di dalam kelas, hingga tanpa
berpikir panjang aku memasukkan buku paketku ke dalam laci. Aku juga disuruh
berdiri. Dan guru menyuruh kita untuk keluar dari kelas. Kau dan aku menerima
hukuman atas kesalahan kita yang tidak membawa buku paket. Kau dan aku
berjongkok di depan kelas, anehnya aku tersenyum saat itu. Tidak hanya saat
itu, kini bibirku pun tak mampu menahan senyum. Ternyata aku begitu peduli
denganmu dulu.
Kita dihukum membersihkan penghapus kelas.
Menepuk-nepuknya hingga debu-debu kapur itu menghilang. Kita juga dihukum untuk
membersihkan kaca-kaca kelas. Wajahmu tampak murung saat mengelap kaca. Aku
dengan sengaja sedikit mengagetkanmu, menghiburmu agar tidak bersedih. Karena
akan ada aku yang selalu menemanimu.
--**--
Hari itu disaat di kelas seni, aku yang selalu kebagian
memainkan piano ditemani oleh Eun Seo teman sekelasku. Ia juga suka memainkan
piano. Aku menikmati permainan piano kita. Dan aku tidak menyadari jika kau
yang sedang memainkan seruling di belakangku memperhatikanku dan Eun Seo dengan
tatapan tidak suka. Aku sungguh tidak menyadarinya.
Siang itu kau berjalan membawa setumpuk buku ke
perpustakaan, beberapa anak nakal dari kelas menjahilimu dengan sedikit
mengangkat bagian rok belakangmu. Kau menjerit dan menjatuhkan buku-bukumu.
Ketika aku baru saja akan menyapamu, kau menamparku dengan tiba-tiba.
Ternyata kau salah paham, bukan aku yang menjahilimu
tadi. Tetapi kau terlanjur marah padaku. Beberapa anak yang menjahilimu tadi
tertawa puas di belakangku. Hingga saat pulang sekolah pun kau mengabaikanku.
Kau tidak mengacuhkan semua perkataanku. Kau berjalan lebih dulu dan
meninggalkanku begitu saja.
Pagi itu, aku meletakkan sekotak susu kesukaanmu di
mejamu. Kau masih saja tidak ingin berbicara denganku. Mungkin dengan cara ini
kau mau memaafkanku. Kau menoleh ke arahku, aku tahu itu. Wajahmu terlihat
menunjukkan rasa simpati padaku. Apakah karena wajahku babak belur pagi ini?
Saat mengerjakan soal di papan tulispun kau masih saja
memperhatikanku diam-diam. Seolah kau ingin mengatakan sesuatu tetapi kau tetap
memilih diam.
Akhirnya kau menjadi Yeojung-ku yang seperti biasanya.
Kau selalu diam-diam memperhatikanku saat kelas seni dan tersenyum bahagian
saat tidak ada lagi Eun So di sampingku. Kita pulang bersama lagi, aku selalu menawarkan bantuan saat melihatmu
membawa setumpuk buku-buku tebal. Meski aku tahu kau selalu berusaha menolak
bantuanku.
Hingga... tanpa sengaja kau mendengar perbincanganku
dengan Ayah di ruang guru. Kau mendengar semuanya. Kau tahu jika saat ini aku
harus pergi. Pergi dari kota ini dan sekolah ini juga tentunya. Kau menungguku
di luar, menantiku sekedar mengucapkan kata selamat tinggal. Namun aku mengabaikanmu,
aku melewatimu begitu saja. Betapa bodohnya diriku dulu. Aku hanya tak bisa
mengucapkan kata perpisahan padamu. Itu saja.
Tanpa aku duga kau berlari memanggil namaku, “Seung
Gi-ah...”
Aku menoleh dan mendapati dirimu dengan mata yang
berkaca-kaca tetapi kau berusaha menahan tangisan itu keluar. Kau mengulurkan
sesuatu. Tuts piano? Apakah ini tuts piano yang hilang beberapa waktu yang
lalu?
Aku menerima benda pemberian darimu dan kau pergi
setelahnya. Ingin aku memanggil namamu, menahan lenganmu agar tak menjauh
tetapi semuanya terlambat. Kita memang harus berpisah sampai di sini Kim Yeo
Jung.
Dan sampai sekarang, detik ini juga aku masih belum bisa
melupakan dirimu. Mungkin aku terlalu mencintaimu.
--**--
Kau
mirip dengan sinar matahari musim semi
Aku
masih belum melupakan dirimu
Dimana
kita?
Apakah
kita bahagia?
#TantanganODOP
Pati, 17 April 2017
April Cahaya
Keren pril, trims udah buat ☺☺ mission komplit dehh 👌👌
ReplyDeleteHehehe iya Mas. Maaf baru bisa setoran.
Delete