Tokyo, April 2015
Banyak orang
menggelar tikar di bawah pohon-pohon sakura di Taman Ueno. Hana berjalan pelan
memperhatikan orang berlalu lalang dan bersendau gurau dengan keluarga maupun
orang-orang tercinta. Perasaannya terasa sejuk apalagi dengan melihat indahnya
bunga-bunga cantik itu.
Ia menemukan sebuah
bangku taman tepat di bawah pohon sakura. Benar, Hana tidak datang dengan
seseorang atau keluarganya. Rencananya besok dia akan
pergi bersama keluarga. Di bangku panjang
itu sudah ada seorang laki-laki muda yang duduk dengan mata terpejam. Jika
dilihat dari postur tubuhnya dia bukan lagi anak SMA seperti Hana. Ia memakai
jaket berwarna hitam, sepertinya dia sedang menikmati musiknya.
Hana duduk perlahan
tidak ingin mengganggu laki-laki itu.
Grek.
Gerakan Hana
menimbulkan sebuah suara yang sedikit mengganggu mungkin. Sepasang mata
laki-laki itu terbuka, ia menoleh ke arah suara yang membuatnya terbangun.
“Anu... maaf.
Bolehkah aku duduk di sini?” tanya Hana canggung karena dia benar-benar mengganggu
ketenangan orang.
Laki-laki itu
mengangguk dan tersenyum. Betapa manisnya senyuman itu bagi Hana. Sejenak Hana
terpukau dengan senyuman seorang laki-laki yang baru ditemuinya hari ini.
Tak berapa lama
laki-laki berdiri dengan terburu-buru. Dia mengambil sepeda miliknya yang dari
tadi terparkir di sampingnya. Ingin Hana memperkenalkan dirinya namun ia tak
sempat. Rasa kecewa sedikit menyelubungi hati Hana. Kemudian Hana memutuskan
untuk pulang, mungkin besok dia bisa ke taman ini lagi.
--
Setiap pagi Hana
selalu antusias untuk datang ke taman. Menikmati keramaian warga Tokyo yang
masih menikmati perayaan Hanami tahun ini. Mereka menggelar tikar bersama
dengan keluarganya sambil menikmati perbekalan mereka. Benar-benar kebahagiaan
yang sempurna.
Hana kembali duduk
di bangku waktu itu dan menunggu laki-laki itu juga.
Tanaka Akihiko. Dia
adalah seorang mahasiswa jurusan teknik di sebuah universitas di Tokyo. Kenapa
dia terlihat sering membawa sepeda? Karena dia kerja sambilan sebagai pengantar
koran di daerah distrik Shinjuku. Dia mendapat beasiswa penuh untuk kuliahnya.
Setiap pagi dia mengantarkan koran sedangkan di malam hari dia adalah seorang
barista di sebuah kafe.
Hana tahu Akihiko
tak seberuntung hidupnya. Hana lahir dari keluarga yang berkecukupan jadi dia
belum pernah merasakan bagaimana sulitnya mencari uang. Tapi Hana tidak pernah
menemukan celah kesedihan di mata Akihiko. Dia bagiakan pangeran yang selalu
tersenyum cerah dan membuat hati Hana hangat.
Akihiko menjadi
teman dekat Hana saat ini. Pertemuan tak sengaja dan menjadi rutinitas mereka
setiap hari untuk bertemu di Taman Ueno.
“Hana-chan, kau tahu
kenapa Ayahmu menamakanmu Hana?” Hana menggeleng. “Itu karena Ayahmu tahu kau
akan tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik
seperti bunga.” lanjut Akihiko yang
membuat Hana tersipu.
Musim berganti,
kedekatan mereka sudah tidak bisa disebut sebagai pertemanan biasa. Akihiko
selalu membuat hati Hana hangat dan pipinya memerah. Saat itu salju sudah mulai
turun. Benda putih itu jatuh perlahan dari langit namun tumpukannya lama
kelamaan menggunung dan menyebabkan jalanan dipenuhi gundukan es.
Hana mengeratkan
mantel dan syalnya. Udara dingin semakin berhembus kencang. Ia duduk dibangku
menunggu seseorang yang sangat disayanginya. Kemarin Akihiko meneleponnya, dia
mengajak Hana untuk jalan-jalan dan menghabiskan waktu bersama di musim dingin.
Gigi Hana semakin
gemeretuk, jari-jari putihnya mulai menekan tombol handphone untuk mengirim
beberapa pesan ke Akihiko. Mungkin dia lupa atau masih ada urusan yang belum terselesaikan.
Tiba-tiba
handphonenya bergertar menampilkan nama Akihiko di layar, namun saat Hana
mengangkatnya bukan suara Akihiko yang terdengar. Suara itu terdengar menyesakkan
tidak begitu jelas di pendegaran Hana namun dia tahu apa pesan yang disampaikan
orang itu.
Tubuh Hana bergetar
menahan rasa sakit yang tiba-tiba saja datang.
“Hana-chan.”
Suara panggilan itu mengagetkan Hana yang sempat terdiam
beberapa menit menghadap jendela. Hana menoleh mendapati Yuri menghampirinya.
“Ada apa Yuri-chan?” tanya Hana kembali.
“Tamaguchi-sensei mencarimu. Datanglah ke ruangannya,
mungkin ini tentang lombamu untuk musim panas.”
Hana mengangguk dan menyambar tasnya.
“Oi Hana, apa perlu aku menunggumu?”
Hana menggeleng, “Tidak perlu. Pulanglah lebih dulu. Bye.
Jaa.. matashita.”
--
To be continue....
#OneDayOnePost
April Cahaya
Pati, 07 Mei 2016
aku gak ngeh mbak sama bagian ini. kok berasa ujug-ujug ya pindah framenya? apa yang dicetak miring itu hanya lamunan hana?
ReplyDelete