Sejenak
Dewi tersadar dari keterkejutannya. Ia mengalihkan pandangannya dan menunduk
malu. Entah apa yang membuatnya terpana melihat sosok laki-laki yang baru
beberapa hari dikenalnya itu.
“Nah itu yang namanya Pak Dany, Kak.
Gimana cakep kan?” Nana masih setia mengoceh di samping Dewi. Sedangkan Dewi
berusaha menutupi rasa malunya sendiri karena terlalu lama memandang Dany
hingga sang empunya menyadari jika ia sedang dipandang oleh seseorang.
“Lhoh Wi, kok di sini?” tanya Dany
sesaat setelah menghampiri Dewi yang berada diantara murid-muridnya.
“Oh.. eh.. i-iya Mas. Eh Dany.. eh
Pak.” Dewi menepuk dahinya sendiri. Ia makin tambah malu karena tingkahnya yang
memalukan.
Dany tertawa melihat sikap Dewi yang
salah tingkah.
“Hahahaha Kak Dewi salting cie,
gugup ya berhadapan dengan Pak Dany?” celetuk Nana yang ternyata masih setia
berada di samping Dewi tanpa Dewi sadari.
“Ih apaan bukan.” Dewi menanggapi
cepat perkataan Nana yang berasa semakin menyudutkan Dewi dalam keadaan yang
serba canggung ini.
“Oh ya ngomong-ngomong ada keperluan
apa Dewi ke sini?”
“Kan Kak Dewi ini termasuk anggota
rohis kampus yang kita undang Pak Dany.” Lagi-lagi Nana ikut menjawab.
“Nana... saya tanyanya sama Kak Dewi
bukan kamu.”
“Cieh.. yang maunya cuma di jawab
sama Kak Dewi. Oke deh, maaf atas kelancangan saya Pak. Saya pamit undur diri,
assalamu’alaikum.” Nana segera kabur dari TKP setelah mendapat tatapan tajam
dari guru favoritnya itu.
Kecanggungan mulai mencair setelah
Inet dan Wakil Kepala Sekolah datang. Mereka mulai membicarakan beberapa
susunan acara dan sebagainya. Lucunya
Dewi semakin salah tingkah jika terlalu dekat dengan Dany. Dewi lebih menempel
ke Inet dan menjawab seperlunya jika Wakil Kepsek bertanya pada Dewi.
Selebihnya Inet lah yang paling cerewet.
--
Acara Isra’ Mi’raj di SMA itu
berjalan dengan lancar tanpa halangan. Sesuai dengan rencana awal acara itu
mendapat apreasi yang bagus dari Kepala Sekolah dan pihak yang terkait.
Kemungkinan besar tahun depan acara tersebut akan diadakan lagi.
Sebenarnya kondisi kesehatan Dewi
sedikit menurun. Mungkin karena terlalu lelah atau banyak pikiran. Beberapa
tugas kuliah menanti sedangkan hari Senin Dewi ada kelas pagi. Namun Dewi masih
tetap bangun saat adzan Shubuh berkumandang.
Tak perlu cemas menunggu lama si
angkot datang, motor kesayangan Dewi sudah kembali ke pelukan. Motor Ayah Damar
sudah jadi hari Sabtu kemarin. Memang motor itu sudah tua tapi Ayah Damar
enggan menjual dan menggantinya dengan yang baru. Begitulah Ayah Damar, beliau
amat menyayangi benda-benda yang menemani perjuangannya mencari nafkah. Contohnya
saja sepeda ontel lama itu masih terawat
hingga kini.
“Tumben pagi gini sudah berangkat,
Wi.” kata Ayah Damar saat bersiap-siap bernagkat ke sekolah tempat beliau
mengajar.
“Iya, Yah. Ada jadwal kuliah pagi. Padahal
Dewi maunya masih molor. Hehehe...” Dewi cengengesan tidak jelas.
“Kamu itu, tidak baik lho anak gadis
tidur pagi-pagi gini. Nanti jodohnya di patok ayam.”
“Serius? Jangan bercanda Ayah..”
“Siapa yang bercanda? Ya sudah Ayah
berangkat dulu, Wi.” Ayah Damar mulai menyalakan motor kesayangannya. Dewi
mencium tangan orang yang teramat ia sayangi dan hormati itu. Tangan seorang
yang berjasa tak hanya untuk keluarga tapi juga untuk bangsa dan negara.
--
Lagi.
Hujan turun dengan derasnya setelah
gerimis lembut menyapa di awal. Dewi berpikir jika itu hanya gerimis kecil yang
tidak akan membuatnya basah. Tapi langit berkata lain, ia menumpahkan
tangisannya pagi itu tanpa toleransi sedikitpun. Dan sayangnya Dewi lupa
membawa benda paling penting di keadaan seperti ini. Jas hujan.
Jas hujan berwarna biru itu entah
kemana karena di bagasi motor Dewi tidak menemukan benda itu.
“Apa jangan-jangan... Haduh kebawa
sama Ayah.” Dewi menepuk dahinya dan meurutuki kebodohannya yang tidak mengecek
perlengkapan sebelum pergi.
Sebuah motor berhenti tepat di
tempat Dewi berteduh. Orang itu membuka kaca helm full facenya tapi Dewi tetap
tidak mengenalnya. Sampai orang itu menyapa lebih dulu.
“Dewi..”
Alis Dewi bertaut, hatinya bertanya
siapa orang yang ada dihadapannya itu.
Bersambung...
#OneDayOnePost
April Cahaya
Pati, 09 April 2016
Cieeee dewiiii
ReplyDeleteKetemu Dany lagi kah?
ReplyDeleteKetemu Dany lagi kah?
ReplyDeleteSiapa dia?
ReplyDeleteKirain hanya rezeki saja yang dipatok ayam, ternyata jodoh juga ya?
ReplyDeleteAhh ayam..rakus nian dirimu. zebell (^>^)
Hahaha ayam ohh ayam
DeleteItu karna ayam suka bangun pagi2 mbak na.. Makanha dapet lebih banyak.. Hidup ayammm...😉
Delete