Gerimis Pagi - Bab 12


          Tak hanya jadwal kuliah Dewi saja yang kosong bahkan sekarang pikirannya juga kosong. Angin apa yang membawa berita yang tak ingin ia dengar. Sama sekali tidak ingin dia ketahui sedikitpun. Jika bisa ia memohon hentikan waktu sekarang dan ia akan kabur sesegera mungkin.

            Dewi tak berniat sedikitpun beranjak dari teras, tempat favorit dia untuk melamun. Bukan kamarnya yang menjadi tempat merenung. Jika ia menghabiskan waktunya untuk berpikir di dalam kamar maka pikirannya akan ikut sempit layaknya ruangan itu.

            “Lho kok belum siap-siap, Nduk.” tegur Ibu saat mengetahui anak gadisnya masih betah berdiam. Seakan pura-pura tak mendengar Ibunya, ia tidak merespon sedikitpun.

            “Untuk apa?” tanya Dewi dengan nanda getir di sana.

            “Kok untuk apa? Jangan bilang lupa kalau nanti malam keluarga Bapak Wira akan ke sini.” jawab Ibunya Dewi dengan antusias.

            Rasanya Dewi ingin menutup telinga rapat-rapat. Ia tak mau hal ini terjadi, terlalu cepat. Kenapa kedua orang tuanya tidak membicarakan ini dengan Dewi terlebih dahulu. Kenapa semua serba mendadak tanpa persetujuan Dewi terlebih dahulu?

            Sebuah ide gila muncul dibenak Dewi. Ide yang mungkin bisa menyelamatkannya.

--

            Sebentar lagi...

            Suara deru mobil memasuki perkarangan rumah Dewi. Ia tahu itu keuarga Bapak Wira. Wira Atmojo orang kaya yang bersahaja dan menjabat sebagai kepala sekolah di tempat dimana Damaryono mengajar.

            Sapaan salam beberapa orang terdengar di depan rumah. Dewi mengira-ngira ada tiga orang yang bertamu di rumahnya. Ia digiring keluar oleh Ibunya. Entah apa yang dipikirkan Dewi, ia malas untuk itu.

            “Nah ini dia anaknya, Pak. Gimana?” kata Ibu saat mereka berdua duduk dihadapan para tamu.

            “Gimana, Nak?” bisik Pak Wira dan menyeggol lengan seorang laki-laki yang berada disampingnya. “Jadi begini, maksud kedatangan kami kemari adalah ingin melamar anak Bapak dan Ibu untuk anak laki-laki kami yang bernama Heru. Apakah Anda sekeluarga berkenan menerima lamaran kami?” ucap Pak Wira terus terang dengan kedatangan mereka ke kediaman Damaryono.

            Dewi masih menunduk memikirkan kata-kata apa yang akan dia ucapkan nantinya untuk menolak lamaran ini. Belum waktunya untuk semua ini. Jujur ia belum siap.

            “Kami serahkan keputusannya pada anak kami, Pak. Karena yang akan menjalaninya adalah dia. Jadi dia yang berhak untuk memutuskan menerima atau tidak.” ucap Damaryono berwibawa. Banyak mata yang kini tertuju pada Dewi.

            Dewi menghela napas sekali lagi, “Maaf, tapi untuk saat ini saya memang belum memikirkan tentang pernikahan. Saya rasa masih banyak yang ingin saya gapai, masih banyak cita-cita yang hanya berupa angan. Saya ingin mewujudkan cita-cita terlebih dahulu. Terlalu umum memang tapi itulah yang saya pikirkan sekarang.”

            Semua orang terdiam sejenak hingga laki-laki bernama Heru itu bersuara.

            “Baiklah, kita bisa ta’aruf dahulu. Atau aku akan menunggumu hingga kamu bisa menerima lamaranku.”  Semua orang yang ada di ruangan itu mengangguk setuju begitupun Dewi. Semoga ini adalah keputusan tepat yang diambilnya.

            Ayah dan Ibu Dewi mempersilahkan tamunya untuk menikmati hidangan yang telah disiapkan. Bahkan Ibu telah memasak banyak untuk hari ini. Begitu istimewakah tamunya ini bagi Ibu? pikir Dewi.

            “Assalamu’alaikum...” ucapan salam itu mengagetkan semua orang yang ada di ruangan itu. Tak pelak Dewi pun ikut kaget karena di luar dugaannya.


            Hanya satu orang yang dinanti Dewi sejak tadi bukan tiga orang. Kenapa bisa mereka ikut kemari? Apakah..?




Bersambung...



#OneDayOnePost


April Cahaya
Pati, 18 Mei 2016

7 comments:

  1. wah Mas Heru keluar juga akhirnya jadi tokoh..

    ReplyDelete
  2. Rombongan keluarga Dany tuh..😆#sotoy

    ReplyDelete
  3. Jangan-jangan keluarga Heru yang lain menyusul. Dany salah satunya. #Siapataukan

    ReplyDelete
  4. Siapa yang muncul? Keluarga dany atau gilang? kepooo

    ReplyDelete