Dewi
memilih menginap di rumah Inet. Ini bukan kabur dari rumah, hanya pelarian
sementara untuk menghindari topik pembicaraan Ibunya yang selalu tentang Heru.
Bahkan sejam
yang lalu Ibunya baru saja menelepon jika Heru telah berkunjung di rumahnya.
Tapi Dewi sungguh tidak peduli dengan hal itu.
Awalnya cuma mengabari Ibu dan
Ayah untuk ijin menginap di rumah Inet, tapi ujung-ujungnya Ibu menceritakan
segala hal tentang Heru. Muak? Sedikit.
“Udah ijin sama Ibu?” tanya Inet
begitu masuk ke kamarnya.
Dewi mengangguk lemas, “Dan Ibu
malah bercerita panjang lebar tentang Mas Heru. Aku malas dengernya.”
Inet hanya tertawa mengejek kemudian
berbaring di tempat tidur sedangkan Dewi masih betah duduk memeluk lututnya di
karpet bawah.
“Net, aku penasaran sejak kapan kamu
tertarik dengan Gilang.”
pertanyaan Dewi membuat Inet seketika bangun dari tidurnya. Ia memilih duduk
bersandar dengan bantalnya. Inet hanya tersenyum tidak jelas kemudian
menggeleng. Dewi kemudian menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Sepertinya aku juga bersikap
sepertimu jika kamu gantian yang bertanya seperti itu ke aku. Hahahaha. Aneh.
Kenapa kita bisa samaan ngalamin hal seperti ini ya? Berasa masih puber aja.”
Dewi kembali tertawa karena ia menganggap semuanya ini terlalu lucu.
Inet juga tahu perasaan seperti ini
tidak boleh terjadi pada mereka, tapi hati manusia siapa yang tahu? Sekeras
apapun menghindar pasti akan terkena juga. Jadi percuma jika itu
memang sudah takdirnya namun sebagai pemilik rasa tidak boleh terlalu
berlebihan hingga melanggar aturan-aturan-Nya. Karena jodoh itu sudah diatur
oleh Allah.
Usul Inet memang benar jika Dewi
harus tahu kepastiannya, jika Dany serius pasti akan datang melamarnya. Tapi
mungkin ini terlalu jauh jika harus menuju ke arah pernikahan. Mereka belum
lama kenal, apakah mungkin jika
terjalin hubungan yang lebih serius? Hanya Allah yang tahu.
“Udah ah jangan kebanyakan galau,
tambah keriput nanti.”
“Ih gak, aku gak keriput. Kamu aja
yang keriput, Net. Aku mah awet muda aja.” kata Dewi bersiap akan tidur.
Matanya enggan terpejam tapi jika tidak tidur ia akan bersiap-siap kesiangan
dan hari esok akan kacau.
--
Dany mengetuk-ngetukkan bolpoinnya
di atas meja. Suasana
kelas sedang hening karena murid-muridnya sedang serius mengerjakan soal
latihan. Sebentar lagi akan dilaksanakan UKK, jadi murid-murid harus lebih
rajin belajar dan latihan soal jika tidak ingin tinggal kelas.
Pikiran Dany masih melayang entah
kemana. Baru kali ini ia kepikiran hal-hal di luar urusan pekerjaan. Apalagi
ini menyangkut seorang gadis.
“Astagfirullah...” ucapnya pelan.
Dany memijit keningnya pelan, mencoba memfokuskan pikirannya hanya pada
perkerjaan.
Bel istirahat berbunyi siswa-siswi
mulai bubar kabur ke segala penjuru begitu Dany mengakhiri kelasnya. Ia
berjalan menuju kantin, ia butuh air mineral dingin yang bisa menetralkan
pikiran kacaunya.
Dany melihat Pak Parto guru Fisika
yang sudah berumur hampir setengah abad itu sedang menikmati kopinya di sudut
meja kantin. Beliau memang sosok yang bersahaja dan suka berbaur dengan
murid-muridnya tanpa canggung. Kata beliau ia lebih suka mengamati
murid-muridnya dari dekat daripada melihatnya dari kejauhan. Unik
memang.
“Boleh saya duduk di sini, Pak?”
ijin Dany begitu mendekati tempat dimana Pak Parto sedang bersantai.
“Oh Pak Dany, boleh. Monggo, Pak.”
jawab Pak Parto ramah.
Dany dan Pak Parto sama-sama diam.
Pak Parto yang asyik menikmati kopinya sambil memperhatikan berbagai tingkah
anak didiknya yang lagi bersendau gurau dengan teman-temannya. Kemudian beliau
meilirik Dany yang terlihat gusar.
“Ada apa Pak Dany? Kok saya lihat
Anda sedang gelisah. Ada masalah ya? Kalau ada cepat diselesaikan jangan disimpan
dan dibiarkan begitu saja. Masalah jika tidak segera ditangani itu akan
menimbulkan masalah yang lain
muncul. Jadi repot kan?” ucap beliau dengan senyum ramahnya. Dany membalasnya
dengan senyuman dan anggukan.
Benar adanya kata Pak Parto, tidak
mungkin dia hanya menyimpannya sendiri tanpa ada penyelesaian yang jelas. Ia terlihat
seperti pecundang jika tak berani menghadapinya. Mungkin ini adalah keputusan
yang tepat untuk membuktikan ketulusan dan keseriusannya.
--
Bersambung...
#OneDayOnePost
April Cahaya
Pati, 23 Mei 2016
Apakah Dany punya rasa juga ke Dewi
ReplyDeleteHemm mungkin..
DeleteSepertinyaa... Ya sepertinya.. Hemm, penasaran...
ReplyDeleteYa ya... tidak tidak
Deletewah dany nasksir siapa ya..inet atau dewi?
ReplyDeleteNaksir aku mbak.. hehehe
Delete