Gerimis Pagi - Bab 4


Jika aku sering dipertemukan dengan orang yang sama tanpa sengaja apakah itu sebuah takdir?


“Wi, jangan ngelamun ih.”

Ucapan Inet mengangetkan Dewi yang sedang asyik menopang dagu. Inet membawa semangkuk bakso dan es jeruk kesukaannya. Dua gadis ini berada di meja kantin kampus paling sudut. Tempat yang pas buat mereka yang tidak suka duduk di tengah-tengah dengan hiruk pikuk keramaian para mahasiswa dan mahasiswi.

Dewi menggeleng pelan menanggapi perkataan Inet.

“Hayoh lagi mikirin seseorang mungkin?” rasa kepo Inet masih bergelayut hingga ia masih gencar memberi pertanyaan ke Dewi.

“Ah gak. Sok tahu kamu.”

“Salah siapa ngelamun sampai segitunya, gak sadar aku sudah mendarat di sini sejak tadi.” gerutu Inet.

“Oke, sorry. Aku minta maaf ya Inet yang cantik.” Dewi menyeruput habis  jus strowberry yang hampir tidak dingin lagi itu.

Dewi memikirkan hal yang seharusnya tidak boleh dia pikirkan. Dia selalu teringat kejadian dan pertemuan dengan laki-laki tempo hari itu. Pertemuan singkat sebanyak dua kali. Tapi itu berhasil mencuri pikiran dan perhatian Dewi. Bahkan Dewi tidak tahu bagaimana cara dia bisa menemui laki-laki itu lagi hanya sekedar mengembalikan payung.

Sebenarnya Dewi ingin menceritakan ini ke Inet, tapi terlalu canggung jika tiba-tiba menceritakan tentang laki-laki.  Dan yang paling berbahaya adalah Inet akan menyangka jika Dewi menyukai laki-laki itu. Yah Dewi tahu betul bagaimana sikap Inet. Gadis cantik berjilbab lebar itu meski tampilannya tampak anggun dia masuk kategori cerewet.

            Sebuah pesan masuk di handphone Dewi, ia membacanya sekilas.

            “Oh ya Net, ikut aku yuk.” ajak Dewi tiba-tiba.

            “Eh? Mau kemana?” tanya Inet penasaran.

            “Ke toko buku. Aku sudah janjian sama Mbak Lisa dan Gilang siang ini ke toko buku. Oh ya kamu tahu orang yang datang tiba-tiba ke rumahku kemarin adalah Gilang, sahabat kecilku. Dan Mbak Lisa ini kakaknya Gilang. Udah ayo."

            “Bentar dong, ini es jerukku belum habis. Ya Allah, Wi.”

            Inet kelagapan sendiri karena Dewi yang terlalu bersemangat ke toko buku. Inet merasa sayang dengan es jeruknya yang belum sempat dihabiskan. Malang sekali nasib es jeruk Inet, Inet menatap iba pada segelas es jeruk yang masih setengah. “Maafkan aku es jeruk.” ucap Inet.

--

            Ternyata benar dugaan Dewi jika Mbak Lisa dan Gilang akan sampai lebih dulu dibanding dirinya. Mereka berdua menunggu kedatangan Dewi di depan toko buku.

            “Maaf Mbak Lisa, Gilang. Aku lama ya?” kata Dewi begitu sampai dihadapan mereka.

            “Ah gak juga.” jawab Mbak Lisa dengan senyum ramahnya.

            Dewi memperkenalkan Inet pada Gilang dan Mbak Lisa. Inet menangkupkan kedua tangannya ketika berkenalan dengan Gilang, bahkan Inet sempat mencuri pandang ke arah Gilang sebelum ia kembali menundukkan pandangannya. Inet menepuk pipinya pelan sambil menghela napas.

            “Kenapa Net?” tanya Dewi.

            “Ah gak. Tidak apa-apa kok, hehehe.”

            Dewi hanya mengangguk kemudian dia dan Mbak Lisa menyusuri rak-rak buku yang berderet rapi.

            Dari sekian banyaknya buku di toko buku itu Dewi pasti akan berbelok ke tempat dimana novel-novel berjajar rapi dan melambai-lambai ingin segera dibawa pulang. Berbeda dengan Mbak Lisa dan Inet, ternyata mereka mempunyai selera yang sama. Buku-buku kajian Islam dan sejenisnya menjadi pilihan Mbak Lisa dan Inet. Sedangkan Gilang sudah meluncur ke rak-rak buku tentang IT.

            Yang dicari Dewi kali ini adalah novel karya penulis yang terkenal sangat produktif itu. Hujan, adalah judul novel yang dicari oleh Dewi. Sebenarnya tak sulit menemukan buku ber-cover biru itu, ia pasti akan mejeng di rak-rak best seller di semua toko buku di Indonesia. Sebenarnya Dewi ingin membelinya ketika ada pameran buku kemarin tapi sayang sebelum bertemu dengan novel Hujan dia sudah tergoda dengan novel-novel lainnya. Dan naasnya uang anggaran membeli buku terlanjur ludes duluan, terpaksa Dewi mengurungkan niatnya membeli novel Hujan karya Tere Liye.

            Saat Dewi mengulurkan tangannya untuk mengambil salah satu novel itu ada orang lain juga yang mengambilnya bersamaan dengan Dewi. Untung saja mereka tidak mengambil satu novel yang sama, maksudnya seperti di adegan sinetron-sinetron atau FTV layar kaca setelah itu mereka akan saling menatap dan... Tidak. Adegan selanjutnya Dewi dan orang itu bukan seperti yang  dibayangkan.

            Dewi membalik buku dan melihat cover belakangnya. Memang novel ini tidak mempunyai sinopsis cerita seperti kebanyakan novel. Dewi sudah menemukan novel yang diincarnya kini ia berniat mencari dimana Mbak Lisa, Inet dan Gilang berada.

            Dewi kaget melihat siapa orang yang disampingnya. Sedikit ragu ia memperhatikan orang itu dengan jarak yang lumayan dekat karena ternyata orang yang tadi adalah dia.

            “Assalamu’alaikum, Mas. Permisi.” Orang itu menoleh ke arah Dewi.

            “Walaikumsalam. Iya bagaimana Mbak?” tanya laki-laki itu.

            “Oh benar dugaanku, Anda laki-laki yang tempo hari meminjamkan payung kepada saya. Ini payungnya. Terimakasih.” Dewi mengeluarkan payung yang berada di dalam tasnya. Sudah berhari-hari Dewi menyimpan payung itu di dalam tasnya, berharap suatu ketika dia bisa bertemu laki-laki itu lagi dan mengembalikan payung itu.

            “Hahaha, tidak perlu Mbak. Disimpan saja, mungkin bisa berguna untuk Mbak jika hujan turun tiba-tiba lagi.” Laki-laki itu menolak dengan halus niat Dewi. “Oh ya perkenalkan saya Dany. Sudah bertemu ketiga kali ini saya belum sempat memperkenalkan diri.”

            “Iya, saya Dewi. Senang berkenalan denganmu, Mas.”

            “Jangan pakai embel-embel Mas. Panggil Dany saja, oke?”

            Dewi mengangguk malu karena tanpa ia sadari sedari tadi Dewi telah menatap lama Dany. Dalam hatinya ia mengucap istighfar berkali-kali dan merutuki dirinya yang terlena.


            Apakah ini takdir? Jika dipertemukan dengan orang yang sama tanpa sengaja?

Bersambung...



#OneDayOnePost


April Cahaya
Pati, 05 Mei 2016

12 comments: