Gemericik
air hujan yang terjatuh dari atas atap menjadi sebuah musik pagi yang indah
bagi orang-orang pencinta hujan. Suatu kejadian alam yang selalu menjadi ide
istimewa bagi para peracik kata. Hawa dingin sedikit menyeruak masuk melalui
celah-celah jendela yang tidak tertutup rapat.
Sudah hampir dua jam hujan menyapu
kota Semarang. Sesekali hujan reda namun tak selang beberapa menit ia turun
semakin deras. Suasana seperti ini sangat mendukung mata yang ingin terpejam.
Seperti halnya gadis berjilbab merah muda yang duduk dekat dengan jendela.
Ruang kelasnya berada di lantai dua fakultas ekonomi. Dosen pun mendadak ijin
karena sakit, alhasil jam kosong menyambut mereka.
“Wi...” panggil Inet.
Panggilan Inet hanya dibalas dengan
deheman pelan oleh Dewi. Satu buah buku mendarat di pipi Dewi. Karena Inet terlalu
kesal diabaikan oleh Dewi sedari tadi.
“Apaan sih Net, ini muka ya bukan
meja.” protes Dewi si korban.
“Trus ini orang ya bukan tembok.
Dari tadi ngomong dicuekin mulu. Nah lebih jengkel mana? Kamu atau aku?” Inet
menampakkan kekesalannya pada Dewi
“Ah iya maaf-maaf. Jangan ngambek,
hehehe...” Dewi menghela napas perlahan kemudian ia kembali meletakkan
kepalanya di atas meja. “Rasanya ini mata pengen merem.”
“Wi, ada yang kamu pikirkan ya?”
tanya Inet penasaran. Posisi Inet sedikit merapat ke Dewi. Dewi menatap Inet
dengan gelengan sangat pelan. “Ih bohong kan kamu? Gak apa-apa kali Wi cerita
ke aku. Gak bakal bocor.”
“Dih bukannya gak percaya sama kamu,
Net. Tapi... gimana ya.”
“Jangan sok galau seperti anak muda.”
Inet mencibir. Dewi manyun seketika. “Ya sudah, cerita aja kalau mau. Aku
selalu untukmu, okey.” Dewi mengangguk dan ia merasa beruntung mempunyai teman
sekaligus sahabat seperti Inet. Apapun itu, Inet selalu bisa memahami apa yang Dewi
inginkan.
--
Jika
dibilang Dewi lebih sering melamun, itu benar. Buktinya sekarang Dewi sedang
melamun di teras rumah dengan secangkir teh hangat di depannya. Dewi berusaha
mencerna sebuah rasa aneh yang tiba-tiba datang. Getaran ajaib yang tanpa
permisi selalu hadir saat dia bersama Dany. Dua hari yang lalu saat dirinya
bertemu dengan Dany untuk kesekian kalinya rasa aneh itu merambat perlahan. Layaknya
dejavu, pertemuan itu seperti pernah Dewi alami sebelumnya tapi sedikit
berbeda.
Hawa
dingin angin malam mulai membelai kulit. Dewi mengambil teh hangatnya kemudian
menyesapnya perlahan agar lidahnya tidak kaget menerima suhu panas.
“Lagi
ngapain tho, Nduk?” tiba-tiba Ibu datang membawa cemilan dan segelas kopi
panas.
“Lagi
duduk-duduk saja, Bu.”
“Bapakmu
belum pulang dari masjid ya?” tanya Ibu seraya duduk di kursi.
“Belum,
Bu. Paling Ayah mengajar ngaji dulu.”
Ibu
berdehem pelan. Dewi curiga Ibunya akan membicarakan hal serius. Deheman itu
selalu Dewi hafal sejak kecil.
“Bentar
lagi sudah mau lulus kan, Nduk?” Dewi mengangguk. “Kamu ndak memikirkan tentang
menikah? Harusnya sih sudah. Udah punya jodohnya belum?” lanjut pertanyaan Ibu.
Kemudian Dewi menggeleng lagi.
Ini
yang Dewi benci, pertanyaan yang selalu dia hindari. Pertanyaan paling serem
dibanding dengan pertanyaan kapan skripsi selesai. Di kala pikirannya melayang
entah kemana, Ibu mengalihkan fokus pikiran Dewi ke hal yang lain.
“Sementara
ini belum ada, Bu. Do’ain saja semoga cepat ketemu jodoh, tapi ya yang penting
skripsi selesai dulu terus lulus... terus cari kerja.” Tiba-tiba Dewi kepikiran
Dany saat Ibunya membicarakan soal jodoh. Dewi menepuk pipinya cepat.
“Kenapa,
Nduk?” tanya Ibu curiga akan tingkah Dewi.
“Tidak,
Bu. Ini lho nyamuk.” jawab Dewi asal. Tidak mungkin kan Dewi menjawab jika dia
sedang memikirkan laki-laki? Bisa-bisa pertanyaan Ibunya akan semakin panjang
kali lebar kali tinggi.
Bersambung...
#OneDayOnePost
April Cahaya
Pati, 10 Mei 2016
Eaaaaa... Dany oh Dany.. Ehmm
ReplyDeleteEakk jangan baper karena Dany
DeleteKatanya..doa dikabulkan saat turun hujan. mari diaminkan utk Dewi dan Dany bersatu. Aamiin.
ReplyDeleteNah Gilang sama Inet aja.
Amiin ya Allah
DeleteCiee, hihihi sana sini ngomongin rasa yang bernama cinta. ehm,
ReplyDeleteEhem ahay
DeleteCiee...cieee...ada Danny rupanya...asyiiikkk...hehe
ReplyDeleteCieeeh juga
DeleteD n D dikartu undangannya
ReplyDeleteAmiin
Klo aku maunya A & A
DeleteJadi volume yaaa, panjang kali lebar kali tinggi, hehehe
ReplyDeleteIya mungkin gitu mbak, kebanyakan ntar pusing jawabnya
DeleteAih... cerita cinta.
ReplyDeleteBagi April ceritanya selalu tentang cinta...
Deleteahaha udah baper di tanyain nikah, ngakak baca kalimat terakhir.. nanti pertanyaan nya jadi panjang lebar kali tinggi..
ReplyDeleteAku setuju dewie ma gilang.. Kasian kan gilang dah naksir dewie sejak kecil..😅#ngasal
ReplyDelete