"Hai, bolehkah aku bergabung?"
Alev berjingkat, ia menggeser posisi duduknya beberapa inchi. Dia hanya melirik sekilas anak laki-laki yang mungkin seumurannya.
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Anak laki-laki itu tersenyum, raut wajahnya menunjukkan jika dia adalah orang yang mudah berteman.
"Aku rasa tidak. Aku tidak mengenalmu."
"Hai aku..."
"Pergilah aku tidak berniat mengenalmu. Kau sangat mengganggu." ucap Alev dengan teramat jujur. Dia memang bukan tipe gadis yang suka bertele-tele.
"Oh maaf. Aku tidak..."
"Pergi. Aku tidak ingin mengenal siapapun." Wajah Alev sekarang sudah memerah. Napasnya berderu dengan sangat cepat. Dia tidak sombong, tetapi hanya ingin sendiri. Dia tidak butuh seorang pun teman. Ya seperti itu. Lebih baik dia sendiri, seperti seharusnya.
"Maaf telah mengganggumu." Anak laki-laki itu pergi meninggalkan Alev. Dalam benaknya ada beribu pertanyaann yang ingin ia ajukan ke gadis itu, namun ia urungkan. Ternyata benar apa yang telah dikatakan teman-teman sekelasnya, jika gadis itu adalah sang gadis pemarah.
---
Brak!!!
Buku-buku yang dibawa oleh Alev terjatuh begitu saja setelah seseorang menabraknya. Gigi Alev menggeretak, tangannya mengepal, dengan tergesa-gesa ia memungut bukunya yang berserakan di lantai.
"Hei apa kau tidak menggunakan penglihatanmu dengan baik?" bentak Alev pada seseorang yang telah menabraknya.
"Kau kasar sekali Nona."
"Apa kau tidak ingin meminta maaf?"
"Untuk apa meminta maaf pada gadis sekasar dan pemarah sepertimu?"
Seseorang yang menabrak Alev adalah senior di sekolah. Meskipun begitu Alev tidak ada rasa takut sedikitpun. Ia tahu masalah ini cukup serius.
"Apa?" Mata Alev menatap senior itu dengan sangat tajam. Rasanya ia ingin menenggelamkannya dalam genangan lumpur.
"Aku benar bukan?"
Alev mengumpat kemudian dia berniat pergi sebelum tangannya di tarik oleh senior itu.
"Lepaskan!"
Senior itu tertawa dan melepaskan tangan Alev setelahnya. "Baiklah."
Alev berjalan lebih cepat, ia ingin kembali ke pohon ek tua tempat favoritnya. Ya, hanya di sana dia bisa merasakan ketenangan. Baginya di sanalah ia bisa menemukan dunianya. Kesendirian.
Kakinya terus berjalan dan saat Alev tiba di bawah pohon ek tua, ia kembali bertemu dengan anak laki-laki yang kemarin ada di tempat itu.
"Apa yang kau lakukan di sana? Pergi, ini tempatku?"
"Benarkah? Sejak kapan tempat ini menjadi milikmu Alev Grishoff?"
Kening Akev berkerut, darimana anak laki-laki itu mengetahui namanya? Bukankah Alev menolak berkenalan dengannya?
Jawabannya hanya satu. Alev sudah cukup tenar di sekolahnya. Sebagai sang gadis pemarah.
"Apa yang membawamu kemari? Apa kau ingin membuktikkan jika aku memang benar-benar gadis pemarah?"
"Aku rasa tidak."
"Lalu?" Alev menunggu jawaban dari anak laki-laki itu tetapi dia hanya diam dengan senyuman di bibirnya.
"Aku akan memberitahukanmu nanti. Sampai jumpa Alev."
Yuhuu... Pangeran penakluk gadis pemarah telah datang...
ReplyDeleteahhh bukan pangeran mbk Ci
Delete