Rintik Kerinduan



Aku paling suka memandang rinai lembut itu saat dirinya menyentuh tanah. Hawa sejuk selalu membelai setiap celah kulit yang terlihat.

Sesekali aku mempererat jaketku untuk menambah kehangatan.
Rasanya sekarang aku ingin pulang saja. Siapa juga yang akan bepergian jika hujan terus sepanjang hari seperti ini? Iya kan? Toko tempatku bekerja juga sepi pembeli. Karyawannya pada bermalas-malasan sambil menatap ponsel canggihnya masing-masing.

Aku teringat ibu, wanita yang telah melahirkan aku dan kakakku itu. Aku selalu merindukannya tiap hari, setiap waktu.

Aneh juga, padahal aku satu rumah dengan beliau.

Setiap hari ibu selalu menungguku pulang kerja. Tak peduli semalam apapun aku sampai di rumah, beliau masih setia menunggu anak gadisnya ini pulang kembali ke pelukannya. Pelukan yang menyalurkan kehangatan dan cinta yang begitu besar.

"Ibu itu sering kangen kamu lho Nduk." katanya suatu malam saat aku pulang hampir jam 10 malam.

Aku tersenyum mendekatinya begitu selesai meletakkan tas dan membuka jaket. "Oh ya? Kan aku gak kemana-mana."

"Lha setiap hari kerja, sering lembur, pulang malam. Giliran libur hari Minggu kamu kuliah. Rasanya sebentar aja gitu ibu ketemu kamu, Nduk."

Aku memeluk ibuku erat. "Cieh yang kangen." Aku terkekeh pelan. Aku memang sering seperti itu dengan ibuku.

"Mandi dulu sana. Bau."

"Iya iya..."

Aku mengambil handuk untuk mandi. Tetapi belum juga sampai kamar mandi ibu memanggilku.

"Nduk, kapan kamu bawa calon ke rumah?"

Seketika aku mendadak budek.



April Cahaya
Pati, 10 Februari 2017

4 comments:

  1. Wkakkakaka...
    Endingnya emang bikin budek.
    Makasih april. Aku suka. Salam buat ibu yaa... Bilang dari teman anaknya yang paling ngangenin. ^_^

    ReplyDelete
  2. Aku beluuuum nulis...Iki apiiik.

    ReplyDelete
  3. Endingnya gak disangka-sangka ...
    Sama kyk mbk Denik, aku juga belum menulis tantangan mbak Sakifah.

    ReplyDelete