Si Budi

         
           Ada satu anak yang terkenal di desa itu. Namanya Budi Pramono. Anak ketua RT 7 yang nakalnya minta ampun. Ia pernah memecahkan genteng tetangga karena mengejar kucing yang mencuri lauknya. Ia pernah membuat bonyok anak Kepala Desa saat tanding sepak bola. Budi yang bersikap tempramental dan keras kepala tidak mau mengalah dan mengakui kesalahannya.
            Suatu hari ia pernah diskors selama seminggu oleh sekolahnya. Bahkan orang tuanya sudah menyerah jika harus menasehati si Budi. Budi pernah dimasukkan ke pesantren desa sebelah, namun lagi-lagi Budi membuat gempar seluruh pondok pesantren karena menyalakan petasansaat semua santri melaksanakan sholat Isya’. Pada akhirnya ia kembali ke rumah dan sekolah di sekolah negeri.
            Kenakalan Budi memang tidak ada habisnya. Itu lah yang menyebabkan dirinya terkenal seantero desa dimana ia tinggal. Tetapi ada sesuatu yang menarik diperdebatkan dengan Budi. Ia itu membenci hewan yang selalu berkokok di pagi hari. Kata Budi, hewan itu ingin dia sumpal mulutnya dengan kaos kaki. Bagaimana tidak, pagi hari menjelang Subuh adalah waktu ternikmat untuk tidur. Dan ia benci ketika mendengar suara kokokan yang saling sahut menyahut.
            Sialnya seberapa keras ia akan menyumbal telinganya dengan bantal, ia akan tetap mendengar kokok hewan itu dengan sangat nyaring. Karena apa? Kamarnya bersebelahan dengan kandang hewan itu. Bukan orang tuanya yang memelihara, melainkan tetangganya. Dia pernah ngotot pada tetangganya jika kandang itu harus dipindah, misalnya jadi belakang rumah. Tetapi sang tetangga tidak punya lahan lain selain di samping kamar Budi.
            Budi juga kesal setiap lantai teras rumahnya dipenuhi kotoran hewan menyebalkan itu. Ia akan berjalan berjinjit saat keluar rumah. Ia juga tidak segan untuk melempar hewan itu dengan apapun benda yang ada di sekitar Budi.
            Suatu sore, saat Budi sedang berkumpul dengan teman-temannya di sebuah warung kopi. Lagi-lagi mereka membahas tentang hewan yang anti disebut oleh si Budi.
            “Bud, kamu itu benci sekali dengan ay...”
            “Stop Kang stop. Aku ndak mau dengar nama hewan itu. Bagiku dia tidak boleh disebut namanya.” Budi memotong omongan Kang Selamet.
            “Berarti bukan mitos kalau si Budi itu ndak suka sama ay...” Kang Darus juga cuma mangap saat Budi kembali memotong.
            “Udah tho Kang. Aku kan sudah bilang, ndak perlu nyebut nama hewan itu.”
            Semua orang yang ada di sana cuma geleng-geleng kepala. Ternyata, anak senakal Budi bisa takut pada hewan yang katanya tidak boleh di sebut namanya. Baru kali ini mereka menemukan anak yang seunik si Budi. Tetapi kenakalan Budi di desa itu tidak akan pernah ada yang menandingi. Dan satu hal yang kini sudah diketahui seluruh warga desa adalah, Budi takut dengan hewan yang gemar berkokok itu.

            



----

#tantanganODOP


April Cahaya

4 comments: