Apakah Kamu Benar-Benar Seseorang yang Suka Membaca?


Apakah saya benar-benar seseorang yang suka membaca? Ini adalah pertanyaan yang saya lontarkan pada diri sendiri beberapa waktu yang lalu. Karena apa? Karena seseorang telah menyinggung sesuatu yang mungkin selama ini tidak pernah saya sadari. Ternyata... saya memang tidak suka membaca.

Alasannya cukup sederhana. Masih banyak buku-buku di rak saya yang belum saya baca. Bukankah sebuah kesalahan besar jika membeli buku dan tidak membacanya?
Sekarang saya ingin bertanya, apakah saat Anda membeli buku baru langsung Anda baca sampai selesai? Ataukah... saat Anda mendapatkan buku gratis dari seseorang kemudian dengan semangat 45 langsung Anda selesaikan dalam hitungan jam?

Tidak.
Tergantung.
Bisa jadi jika buku itu memang sudah Anda nanti-nantikan.
Mood baca yang berubah-ubah

Banyak alasan yang akan muncul jika pertanyaan semacam itu ditujukan untuk orang yang berbeda-beda. Memang, setiap orang itu berbeda termasuk selera membaca. Ada yang menyukai bacaan non fiksi, ada juga yang tergila-gila dengan bacaan fiksi. Ada yang menyukai cerita romance, fantasi atau comedy. Tidak ada aturan khusus yang memerintahkan Anda harus menyukai satu genre tersebut. Anda bebas menentukan bacaan macam apa yang Anda suka.

Saya ingin bercerita satu pengalaman saya beberapa waktu yang lalu, yang mungkin... sedikit menyentil dan membuat sakit hati. Hahaha... mungkin nanti bisa menjadi suatu pelajaran berharga bagi saya maupun yang membaca tulisan saya ini.

Pernah ada seorang penulis senior yang memberikan saya buku secara cuma-cuma atau gratis. Waktu itu saya ingin membelinya saja, namun apa daya jika tanggal tua setia menggandeng lengan alias kantong lagi tipis dan itu hanya cukup untuk membeli makan siang saat bekerja. Saya mengatakan jika mungkin lain kali saja saya membeli bukunya. Dan tiba-tiba... dia menawarkan akan memberi saya bukunya itu. Nah siapa sih yang nolak diberi buku gratis? Bahkan ajang memberi buku gratis lewat berbagai tantangan saja banyak diminati orang apalagi yang langsung dikasih buku gratis begitu saja? Akhirnya dengan kebahagiaan tiada tara saya menerima tawaran dia.

Saya menerima buku dari dia saat itu. Sesampainya di rumah saya hanya membacanya sekilas. Singkat cerita suatu hari dia menanyakan apakah buku dia sudah saya baca sampai selesai? Saya jawab belum. Karena saya memang satu bulan terakhir jarang membaca buku lagi. Pekerjaan yang mengharuskan saya lembur sampai malam hingga tugas kuliah yang begitu padat membuat saya lebih memprioritaskan membaca buku-buku kuliah daripada buku lainnya.

Namun, apa reaksi sang penulis itu? Dia tersinggung. Ya, dia mengatakan kenapa buku dia setipis itu tidak mampu saya selesaikan? Apakah dengan sikap saya seperti itu saya pantas menyebut diri saya sebagai seorang yang suka membaca? Banyak orang-orang bodoh seperti saya yang menamai diri mereka sebagai orang yang suka membaca tetapi tak pernah benar-benar melakukannya?

Pertanyaan saya, apakah saya telah melakukan dosa besar hingga dihakimi seperti ini?

Bukan soal tebal tipisnya buku yang akan dibaca, namun itu tergantung selera di pembacanya.  Saya mampu menyelesaian novel setebal 900 halaman dalam waktu satu minggu. Karena saya menyukainya dan saya antusias saat membacanya.

Membaca itu bukan sebuah tekanan yang mengharuskan kamu memaksakan membaca sesuatu yang tidak ingin kamu baca. Mood, oh ya hal satu ini mungkin sering disalah-salahkan oleh setiap orang. Layaknya seorang penulis itu  tidak boleh mengandalkan mood, karena mood itu sesuatu yang membuatmu tidak akan pernah menulis.

Ya itu benar. Tapi... saya rasa membaca itu memang tergantung mood. Mungkin hari ini kita ingin membaca buku yang berisi tentang menjadi muslimah yang baik, besoknya kita ingin membaca novel-novel romance dan lain sebagainya. Jadi, hal ini tidak perlu dipaksakan.

Apakah jika Anda memberikan buku gratis pada seseorang, Anda harus berkata seperti ini “Ini saya berikan buku saya, tetapi kamu harus membacanya hari ini juga dan harus selesai.” Apakah orang yang Anda beri buku tadi akan menerima buku Anda? Tidak akan. Ya karena Anda memaksa.

Saya tahu, jika sebuah buku itu ditulis dengan perjuangan yang luar biasa. Dengan pemikiran yang baik dan dengan kemampuan yang sudah dikeluarkan dengan sedemikian rupa. Tapi, apakah Anda menulis buku itu bertujuan untuk seseorang membacanya?

Menurut saya, pembaca tidak perlu dipaksa untuk membaca suatu buku. Mereka akan memilih buku apa saja yang menurut mereka menarik untuk dibaca. Jika Anda menuntut seseorang membaca buku Anda, jangan pernah berikan buku gratis pada seseorang. Ingat, tidak semua orang suka buku Anda meskipun buku Anda itu bagus.

Saya sadar akan sesuatu setelah mendapat kritik yang begitu pedas dari orang tersebut, bahwa saya bukanlah seseorang yang benar-benar suka membaca. Banyak buku-buku yang saya beli tetapi belum saya baca. Jadi saya juga tidak pantas dong mendapatkan buku gratis dari seorang penulis senior yang mengharapkan bukunya dibaca?

Dan saya rasa, saya kapok mendapatkan buku gratis dari seseorang kecuali dari event Giveaway. Karena biasanya yang mengadakan event Giveaway itu orangnya ikhlas kok memberikan buku pada orang.


Jadi apakah Anda termasuk orang seperti saya atau bukan?



#OneDayOne Post

Pati, 20 Maret 2017

April Cahaya

5 comments:

  1. hm.. apakah sy benar2 suka membaca?

    suku membaca iya, tp klo benar2 suka, sy mulai ragu..hehe

    mungkin hanya sekadar suka baca, masih pilih2 buku bacaan. Yang benar2 suka baca, apa mrk yg disebut 'kutu buku'?

    ReplyDelete
  2. hm.. apakah sy benar2 suka membaca?

    suku membaca iya, tp klo benar2 suka, sy mulai ragu..hehe

    mungkin hanya sekadar suka baca, masih pilih2 buku bacaan. Yang benar2 suka baca, apa mrk yg disebut 'kutu buku'?

    ReplyDelete